Gangguan pendengaran bisa bersifat sementara atau permanen, dan umumnya terjadi bertahap ketika usia Anda bertambah. Namun terkadang, gangguan pendengaran bisa juga terjadi secara tiba-tiba, bukan karena faktor usia namun karena berbagai hal yang terjadi seperti kecelakaan, kebiasaan buruk, atau juga karena paparan gelombang suara dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.
Gangguan pendengaran akan sangat dirasakan ketika sudah demikian parah. Namun ketika gangguan tersebut masih belum begitu parah, terkadang tidak disadari, namun ada satu tes yang dapat mendeteksi gangguan pendengaran dan juga mengukur ambang pendengaran telinga seseorang. Tes tersebut dinamakan tes Audiometri yang dilakukan dengan alat yang disebut Audiometer.
Pengertian Alat Audiometer
Audiometer adalah suatu alat diantara berbagai macam alat kesehatan yang digunakan untuk memeriksa kepekaan pendengaran atau sering disebut dengan ambang pendengarn. Ketika pertama kali ditemukan Audiometer, itu dibuat agar terlihat seperti kotak tegangan sederhana yang digunakan dalam sistem suara dan cahaya pada telinga kita. Atau bisa juga disebut lebih atau kurangnya nampak seperti volt meter.
Hal itu disebut indikator meteran kecil dengan jarum untuk menunjukkan tingkat frekuensi yang sedang digunakan. Audiometer juga memiliki tombol kecil untuk menambah atau mengurangi frekuensi suara. Audiometer adalah alat yang mampu menghasilkan suara yang sangat lembut atau suara yang nyaring.
Namun sekarang ini, alat Audiometer sudah didesain dengan begitu canggih sehingga sangat mudah digunakan. Berbagai manufaktur pembuat alat – alat medis di luar Indonesia telah merancang dan menghasilkan berbagai model alat Audiometer modern dengan penggunaan yang mudah seperti merk Maico di Berlin.
Fungsi Alat Audiometer
Sebenarnya dari ulasan diatas kita sudah dapat mengetahui apa fungsi alat Audiometer. Fungsi alat audiometer ini sejatinya adalah sebagai generator suara yang dapat diseting frekuensinya juga intensitasnya. Seseorang diperiksa dengan cara mendengarkan gelombang suara dengan level tertentu pada rentang frekuensi yang berbeda dengan tingkat kekerasan tertentu. Seseorang yang mempunyai pendengaran normal cenderung akan mendengar seluruh rentang frekuensi dan umumnya ukuran untuk pendengaran normal adalah dibawah 25 dB.
Dari hasil pemeriksaan Audiometri ini akan dihasilkan grafik respon kedua telinga pendengar terhadap frekuensi dan juga intensitas suara yang berbeda – beda. Graik hasil pemeriksaan iasa disebut dengan Audiogram. Gangguan pendengaran nantinya akan dapat dideteksi dengan melihat audiogram tersebut.
Cara Kerja Alat Audiometer
Prinsip kerja atau cara kerja alat ini sebenarnya sangat simpel. Yaitu sebuah AFG (Audio Frequency Generator) dipadukan dengan Penguat (Amplifier) digital yang dipadukan sedemikian sehingga dapat mengeluarkan suara dengan frekuensi yang diubah – ubah sekaligus dapat juga disesuaikan intensitasnya (Volume).
Gelombang suara tersebut kemudian kemudian dikeluarkan melalui headphone yang dikenakan oleh pasien pada kedua telinganya. Respon suara yang didengar oleh pasien digunakan untuk menganalisa dan juga mendiagnosa ada tidaknya gangguan pendengaran pada paien tersebut.
Beberapa Metode Pemeriksaan Audiometri
Secara umum ada beberapa macam metode pemeriksaan menggunakan alat Audiometer. Berdasarkan nada suara yang dibunyikan terbagi menjadi dua yaitu Audiometer Nada Muri dan Audiometer Tutur. Sedangkan pemeriksaan berdasarkan jenis gangguan pendengaran terdapat Bound Conduction dan Air Conduction.
# Audiometri Nada Murni
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan bunyi nada murni, yaitu sebuah gelombang bunyi dengan frekuensi tertentu. Biasanya dimulai dari frekuensi 250 Hz hingga 8000 Hz dengan rentang frekuensi tertentu sesuai dengan kebijakan lab atau rumah sakit. Masing – masing telinga dites menggunakan nada murni ini hingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tertulis pada Audiogram.
# Audiometri Tutur
Disebut Audiometri tutur karena yang dibunyikan pada alat bukanlah sebuah nada murni, namun sebuah kata – kata (tutur) yang sudah dibakukan. Alat Audiometr yang digunakan untuk pemeriksaan ini harus sudah terkalibrasi. Prinsipnya hampir sama dengan pemeriksaan nada murni namun yang diperdengarkan kepada pasien adalah sebuah kata – kata. Kemudian pasien diperintahkan untuk menirukan hingga intensitas suara yang terkecil, dan dicatat hasilnya.
Contoh Prosedur Tes Audiometri
Prosedur pemeriksaan gangguan pendengaran menggunakan alat Audiometer cukup mudah dan simpel. Terlebih lagi pada pemeriksaan dasar menggunakan screening Audiometer untuk menentukan ambang pendengaran dan diagnosis level gangguan pendengaran. Berikut contoh prosedur penggunaan alat audiometer untuk tes gangguan pendengaran.
- Dimulai dari persiapan alat, dan ruang kedap suara (Chamber Audiometri)
- Pertama pasien diberitahu bagaimana mekanisme pemeriksaan yang akan dilakukan. Dimana ia akan mendengar dari telinga kanan atau telinga kiri, sebuah nada dengan volume teretntu. Acungkan tangan kanan ke atas apabila anda mendengar nada dari telinga kanan. Begitu juga apabila anda mendengar nada dari telinga sebelah kiri, angkat tangan kiri.
- Setelah pasien mengerti, kemudian pasien dipersilahkan masuk ke dalam Chamber dan diperintahkan untuk mengenakkan headphone.
- Kemudian setelah siap, nada dibunyikan dimulai dari frekuensi rendah dan volume paling rendah. Setelah itu meningkat hingga seluruh frekuensi dan intensitas dilampaui semuanya. Langkah ini dilakukan pada telinga kanan maupun telinga kiri.
- Respon pendengar pada setiap frekuensi dan intensitas suara dicatat ke dalam Audiogram. Baik secara manual ataupun digital tergantung alat Audiometer yang digunakan dalam pemeriksaan.
Dari Audiogram tersebut bisa dianalisa menggunakan metode dan hitungan tertentu untuk menentukan berapa ambang pendengaran masing – masing telinga, ada atau tidaknya gangguan pendengaran yang diderita serta level gangguan bahkan bisa juga mendeteksi jenis gangguan pendengarannya apakah dari pusat syaraf, dari luar atau dari telinga tengah. Dengan demikian pasien dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai tindakan selanjutnya tentang gangguan yang dialami, apakah perlu pengobatan, atau hanya cukup menggunakan alat bantu pendengaran yang sesuai.